Rabu, 20 Februari 2013

Dr.Denis, Pahlawan Korban Pemerkosaan Kongo

Dr Denis Mukwege Mukengere penyelamat korban perkosaan di Kongo
Peperangan yang terjadi di Republik Demokratik Kongo menyisakan penderitaan yang teramat pedih bagi kaum wanita yang hidup di sana. Ratusan wanita dari beberapa desa menjadi korban perkosaan dan mengalami kerusakan alat vital yang parah.

Saat itulah hadir seorang dokter yang mendedikasikan diri untuk menolong wanita Kongo. Ini telah menjadi cita-citanya ketika dia masih berusia dini.
Denis Mukwege Mukengere adalah seorang dokter ginekolog dan pendiri Rumah Sakit (RS) Panzi yang berada di kota Bukavu, Kongo. Rumah sakit yang awalnya dibangun dengan menggunakan tenda itu terkenal di seluruh dunia karena merawat korban kekerasan seksual akibat perang dan wanita yang mengalami permasalahan ginekologi yang parah.

Denis sudah bercita-cita menjadi dokter sejak berusia dini. Tekadnya semakin kuat ketika melihat sang ayah, yang berprofesi sebagai pendeta, tengah mengobati jemaatnya yang sakit. Di saat yang bersamaan dia juga melihat banyak wanita Kongo yang kesulitan melahirkan anaknya, karena minim fasilitas perawatan kesehatan dan akses ke dokter ginekolog.

Pengalaman pertama bersinggungan dengan korban pemerkosaan terjadi sekitar tahun 1999. Saat itu seorang pasien korban pemerkosaan dibawa ke rumah sakit dengan luka yang parah. Selain diperkosa, kemaluan dan paha si pasien juga ditembak.

"Menurut saya itu benar-benar tindakan barbar," ujarnya seperti dikutip laman BBC, Selasa 19 Februari 2013.

Tetapi kejutan lain datang beberapa bulan setelah itu. 45 wanita datang ke rumah sakit dan mengalami hal serupa. Mereka mengatakan telah diperkosa dan disiksa, bahkan satu di antara mereka mengalami luka bakar.

"Mereka mengatakan setelah diperkosa, kemaluan wanita ini dimasukkan zat-zat kimia," ungkapnya tidak percaya.

Denis kemudian bertanya-tanya apa yang sesungguhnya terjadi. "Di sekelilingmu terdapat situasi di mana banyak orang diperkosa di waktu yang bersamaan di depan publik. Ketika mereka melakukan tindakan biadab itu, mereka tidak hanya melukai korban tetapi juga seluruh masyarakat di daerah itu," tutur Denis.

Menurut peraih penghargaan African of the Year di tahun 1999 ini, tindakan pemerkosaan secara simultan itu merupakan strategi agar para penduduk terpaksa meninggalkan desa tempat mereka tinggal.

Empat Tahap PengobatanDalam mengobati pasien korban pemerkosaan, Denis menerapkan empat tahap pengobatan. Sebelum dia mengoperasi pasien, Denis harus melakukan pengecekan psikologis sang pasien.

"Saya harus tahu apakah pasien ini dapat bertahan selama proses operasi," ungkapnya memberi penjelasan.

Tahap selanjutnya Denis akan melakukan pengobatan yang hanya berupa pengobatan biasa atau operasi. Kemudian dokter yang memiliki dua anak ini juga harus membantu proses pemulihan sosial-ekonomi pasien. Menurutnya ketika datang ke rumah sakit, mereka tidak membawa atau memiliki apa pun.

"Oleh sebab itu kami harus membantu memulihkan status sosial-ekonomi mereka. Sebagai contoh, kami melatih mereka untuk memiliki keterampilan dan menyekolahkan anak-anak," ujarnya.
Sementara di tahap empat, Denis juga membantu proses hukum supaya pelaku pemerkosaan dapat diadili dan dijatuhi hukuman setimpal. Dalam tahap ini, Denis bahkan menyediakan pengacara untuk mendampingi korban.

Terinspirasi Wanita KongoPerjalanan karier Denis pun juga mengalami hambatan dan teror. Dia dan kedua putrinya pernah melarikan diri ke Swedia dan Brussels, karena diancam oleh sebuah kelompok bersenjata. Namun para wanita Kongo terus membujuk Denis untuk kembali ke tanah air. Mereka bahkan melakukan protes kepada pemerintah setempat akibat ancaman yang dialamatkan kepada Denis.

Pria peraih nominasi Nobel ini pun terharu mengetahui dukungan yang diberikan wanita Kongo bagi dirinya. Denis akhirnya memutuskan kembali meneruskan pengabdiannya.

Demi kemananannya Denis tinggal di rumah sakit dengan bantuan penjagaan keamanan dari para wanita Kongo. Secara sukarela, 20 wanita itu menjaga  Denis secara bergantian.

"Padahal mereka tidak memiliki senjata atau apa pun untuk melindungi saya," tutur Denis dengan nada haru.

Saat ini, Denis masih mengabdikan diri bagi wanita Kongo. Dia pun kerap bepergian ke luar negeri bahkan hingga ke PBB untuk menyuarakan dukungan bagi negara yang masih dilanda konflik itu. Di tengah-tengah kesibukannya, Denis masih menyempatkan diri untuk memeriksa pasien dan melakukan operasi dua kali seminggu. (Vivanews.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar