Rasulullah bersabda “Janganlah kalian memujiku dengan berlebih-lebihan, sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-lebihan dalam memuji Isa bin Maryam.” Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan Allah kepada beliau yang telah menyampaikan risalah dengan sebenar benarnya. Ketulusan hati beliau kepada kita dengan memberikan nasehat bahwa orang-orang yang berlebih-lebihan itu akan binasa.
Allah Subahanhu wa Ta’ala berfirman, “Wahai
orang-orang Ahli Kitab, janganlah kalian melampaui batas dalam agama kalian,
dan janganlah kalian mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar.” (QS
An Nisa’: 171)
Dalam Shahih Bukhari ada satu riwayat dari
Ibnu Abbas Radhiyallahu ’Anhu yang menjelaskan tentang firman Allah Subahanhu
wa Ta’ala, “Dan mereka (kaum Nabi Nuh) berkata, janganlah
sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Tuhan-tuhan kamu, dan janganlah
sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq maupun
Nasr.” (QS Nuh, 23)
Beliau (Ibnu Abbas) mengatakan, “Ini adalah nama orang-orang shalih dari kaum Nabi Nuh. Ketika mereka meniggal dunia, Syaithan membisikan kepada kaum mereka agar membuat patung-patung mereka yang telah meninggal di tempat-tempat dimana di situ pernah diadakan pertemuan-pertemuan mereka. Dan mereka disuruh memberikan nama-nama patung tersebut dengan nama-nama mereka. Kemudian orang-orang tersebut menerima bisikan Syaithan. Saat itu patung-patung yang mereka buat belum dijadikan sesembahan, baru setelah para pembuat patung itu meninggal, dan ilmu agama dilupakan, saat itulah patung-patung tersebut mulai disembah.”Ibnul Qoyyim berkata: Banyak para ulama salaf mengatakan, “Setelah mereka itu meninggal, banyak orang-orang yang berbondong-bondong mendatangi kuburan mereka, lalu mereka membuat patung-patung mereka. Kemudian setelah waktu berjalan beberapa lama lahirnya patung-patung tersebut dijadikan sesembahan.”Diriwayatkan dari Umar Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda, “Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-lebihan dalam memuji Isa bin Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah: Abdullah (hamba Allah) dan Rasulullah (utusan Allah.)” (HR. Bukhari dan Muslim
Beliau (Ibnu Abbas) mengatakan, “Ini adalah nama orang-orang shalih dari kaum Nabi Nuh. Ketika mereka meniggal dunia, Syaithan membisikan kepada kaum mereka agar membuat patung-patung mereka yang telah meninggal di tempat-tempat dimana di situ pernah diadakan pertemuan-pertemuan mereka. Dan mereka disuruh memberikan nama-nama patung tersebut dengan nama-nama mereka. Kemudian orang-orang tersebut menerima bisikan Syaithan. Saat itu patung-patung yang mereka buat belum dijadikan sesembahan, baru setelah para pembuat patung itu meninggal, dan ilmu agama dilupakan, saat itulah patung-patung tersebut mulai disembah.”Ibnul Qoyyim berkata: Banyak para ulama salaf mengatakan, “Setelah mereka itu meninggal, banyak orang-orang yang berbondong-bondong mendatangi kuburan mereka, lalu mereka membuat patung-patung mereka. Kemudian setelah waktu berjalan beberapa lama lahirnya patung-patung tersebut dijadikan sesembahan.”Diriwayatkan dari Umar Radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ’Alaihi wa Sallam bersabda, “Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-lebihan dalam memuji Isa bin Maryam. Aku hanyalah seorang hamba, maka katakanlah: Abdullah (hamba Allah) dan Rasulullah (utusan Allah.)” (HR. Bukhari dan Muslim
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga
bersabda, “Jauhilah oleh kalian sikap berlebih-lebihan, karena sesungguhnya
sikap berlebihan itulah yang telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.”
(HR. Ahmad, At Turmudzi, dan Ibnu majah dari Ibnu Abbas Radhiyallahu ’Anhu)
Dan dalam Shahih
Muslim, Ibnu Mas’ud Radhiyallahu ’Anhu berkata,
bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Binasalah orang-orang
yang bersikap berlebih-lebihan! Binasalah orang-orang yang bersikap
berlebih-lebihan! Binasalah orang-orang yang bersikap berlebih-lebihan!”
Orang yang memahami penjelasan, akan jelas baginya
keterasingan Islam, dan ia akan melihat betapa kuasanya Allah itu untuk merubah
hati manusia. Dan dari pemaparan nash-nash tersebut, kita mengetahui bahwa awal
munculnya kemusyrikan di muka bumi ini adalah karena sikap berlebih-lebihan
mereka terhadap orang-orang shalih.
Kita juga memahami bahwa apa yang pertama kali
diperbuat oleh orang-orang Ahli Kitab sehingga ajaran para Nabi menjadi
berubah, yakni memuji secara berlebihan Nabi Isa, padahal mereka mengetahui
bahwa para Nabi itu adalah utusan Allah semata.
Faktor yang menyebabkan terjadinya hal diatas adalah
tercampur aduknya kebenaran dengan kebatilan:
1.
rasa cinta kepada orang-orang shalih.
2.
tindakan yang dilakukan oleh orang orang
‘alim yang ahli dalam masalah agama, dengan maksud untuk suatu kebaikan, tetapi
orang-orang yang hidup sesudah mereka menduga bahwa apa yang mereka maksudkan
bukanlah hal itu.
Selain itu watak manusia bahwa kebenaran yang ada pada
dirinya bisa berkurang, dan kebatilan malah bisa bertambah. Hal itu
terbukti pada masa setelah Nabi Nuh dan Nabi Isa sebagaimana disebutkan di
atas.
Penjelasan ini juga mengandung suatu bukti
tentang kebenaran pernyataan ulama salaf bahwa bid’ah adalah penyebab/pendorong
kekafiran. Syaithan mengetahui tentang dampak yang diakibatkan oleh
bid’ah, walaupun maksud pelakunya baik.
Hal ini mengingatkan kita akan bahaya dari perbuatan
sebagian masyarakat yang sering mendatangi kuburan dengan niat untuk suatu amal
shalih yang dilakukan oleh orang-orang di masa sekarang. Benar bahwa di antara
mereka datang ke kuburan dengan niat yang baik, akan tetapi sebagaimana watak
zaman dan watak manusia, bahwa apa yang terjadi pada generasi sesudah Nabi Nuh
‘Alaihis Salam dan pengikut Nabi Isa Al Masih, sangat mungkin terjadi juga pada
mereka. Hal ini sebagaimana dikhawatirkan Rasulullah, “Janganlah kalian
berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-lebihan
dalam memuji Isa bin Maryam.”
Ayat ke 23 Surat Nuh tersebut mengandung hikmah atas
larangan adanya patung-patung, dan hikmah dibalik perintah menghancurkannya,
yaitu untuk menjaga kemurnian tauhid dan mengikis kemusyrikan, sebagaimana
dijelaskan oleh Shahabat Abdullah bin Abbas Radhiyallahu ‘anhu dalamShahih
Al Bukhari.
Satu hal yang sangat mengherankan, bahwa banyak orang
telah membaca dan memahami kisah patung orang-orang shalih pada masa Nabi Nuh
ini, baik lewat kitab-kitab tafsir maupun hadits, tapi Allah menutup hati
mereka. Sehingga mereka mempunyai keyakinan bahwa apa yang dilakukan oleh
kaumnya Nabi Nuh adalah amal ibadah yang paling utama, dan merekapun
beranggapan bahwa apa yang dilarang oleh Allah dan Rasulnya adalah
kekafiran yang menghalalkan darah dan harta.
Dinyatakan bahwa mereka berlebih-lebihan terhadap
orang-orang shalih itu tiada lain karena mengharapkan syafa’at mereka. Mereka
menduga bahwa orang-orang berilmu yang membikin patung itu bermaksud demikian.
Pernyataan yang sangat penting yang termuat
dalam sabda Nabi, “Janganlah kalian memujiku dengan berlebih-lebihan,
sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-lebihan dalam memuji Isa bin Maryam.”
Semoga shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan Allah kepada beliau yang telah
menyampaikan risalah dengan sebenar benarnya. Ketulusan hati beliau kepada kita
dengan memberikan nasehat bahwa orang-orang yang berlebih-lebihan itu akan
binasa.
Maksud pernyataan bahwa patung-patung itu tidak
disembah kecuali setelah ilmu agama dilupakan, dengan demikian dapat diketahui
betapa berharganya keberadaan ilmu agama ini dan bahayanya jika hilang. Dan
penyebab hilangnya ilmu agama adalah meninggalnya para ulama.
sumber : http://www.fimadani.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar