Rabu, 24 April 2013

Pengorbanan seorang Ibu saat melahirkan


Ubadah ibn Shamit ra meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bertanya, “Siapa yang kalian anggap sebagai syahid?” Mereka menjawab, “Yang berperang hingga terbunuh di jalan Allah Swt.” Mendengar jawaban tersebut beliau bersabda, “Kalau begitu orang yang syahid di antara umatku sedikit. Namun, orang yang terbunuh di jalan Allah syahid, orang yang mati karena penyakit di perut syahid, orang yang kena wabah penyakit syahid, wanita yang meninggal dunia sementara dalam perutnya terdapat janin juga syahid (entah sebelum atau sesudah melahirkan).” (HR Imam Ahmad, Ibn Majah, dan Ibn Hibban).

BETAPA luar biasanya Islam memosisikan seorang ibu hamil. Bisa dipahami tentu saja. Saat seorang ibu hamil tubuhnya menjadi rentan akan ‘bahaya’. Berat tubuhnya menjadi dua kali lipat, karena memebawa kita di dalam rahimnya. Hal itu berlangsung kurang lebih selama sembilan bulan. Kecintaannya kepada kita telah dicurahkannya sejak saat itu, ia selalu mendahulukan keselamatan bayinya daripada dirinya sendiri. Ia tidak pedulikan berat beban tubuhnya yang bertambah karena kehdiran kita di rahimnya.

Saat melahirkan pun menjadi waktu yang dinantikan oleh seorang ibu. Saat dimana ia dapat melihat buah hatinya setelah selama kurang lebih sembilan bulan mengandungnya. Namun saat-saat ini juga merupakan saat-saat yang paling beresiko tinggi dalam hidupnya. Karena melahirkan rentan sekali dengan kematian. Tak sedikit ibu yang rela mengorbankan nyawanya demi lahirnya sang buah hati.

Pada saat proses melahirkan, ibu juga tidak sepenuhnya mengerti apa yang menyebabkan proses melahirkan terjadi. Akan tetapi perubahan kadar hormon memengaruhi pelunakan dan persiapan cervix (leher rahim) dan kontraksi. Kontraksi-kontraksi yang terjadi sebelum persalinan semakin kuat dan semakin teratur.

Uterus wanita sesungguhnya terbentuk dari lapisan otot yang sebagian mengitari uterus (rahim) dan sebagian lainnya naik dan turun di dalam uterus. Kontraksi dari
otot-otot tersebut menarik cervix dan membantunya membuka dan mendorong bayi untuk bergerak turun.

Tekanan dari kepala bayi melawan cervix selama kotraksi juga membantu menipiskan dan membuka cervix. Untuk memberikan Anda gambaran terhadap proses ini, cobalah untuk membayangkan saat Anda mengenakan kaos turtleneck (yang menyerupai leher kura-kura). Leher dari kaos tersebut cukup tebal tapi lebih kecil daripada kaos itu sendiri, akan tetapi ketika Anda memasukan kepala Anda untuk melewatinya, ujung leher pada kaos tersebut menjadi melar dan kemudian terbuka.

Pada awal proses persalinan, kontraksi-kontraksi yang terjadi secara bertahap semakin sering dan kuat. Jika bidan atau dokter Anda memeriksa cervix Anda, Anda mungkin akan mengetahui bagaimana cervix Anda mengalami perubahan.

Pembukaan dan pengelupasan yang lambat mungkin terjadi selama fase ini, namun hal tersebut adalah normal. Kebanyakan perempuan memilih untuk menghabiskan masa awal proses persalinan di rumah karena mereka merasa lebih leluasa untuk bergerak, mandi, makan, atau menonton TV.

Kebanyakan dokter dan bidan juga menyetujui hal itu. Fase awal persalinan merupakan fase yang sulit untuk diprediksi. Beberapa perempuan mungkin tidak menyadarinya, sedangkan yang lain mungkin mengalami rasa sakit dalam jangka waktu yang lama.

Selama proses persalinan, kontraksi semakin kuat dan teratur. Kontraksi biasanya terjadi setiap tiga atau lima menit. Anda akan menyadari bahwa Anda perlu mengkonsentrasikan diri Anda pada setiap kontraksi. Cervix Anda akan mulai berubah dengan cepat dan hal ini mempermudah Anda untuk memprediksi jangka waktu kapan fase ini akan berakhir.

Beberapa peneliti memperkirakan jangka waktu yang diperlukan oleh perempuan yang baru pertama melahirkan adalah antara lima sampai sepuluh jam, sedangkan untuk perempuan yang sudah pernah melahirkan adalah antara dua sampai delapan jam. Subhanallah. [islampos]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar