Kamis, 06 Juni 2013

Tahlilan7,40,100,100 hari ternyata ajaran Hindu


Kita mengenal sebuah ritual keagamaan di dalam masyarakat muslim ketika terjadi kematian adalah menyelenggarakan selamatan kematian/kenduri kematian/tahlilan/yasinan (karena yang biasa dibaca adalah surat Yasin) di hari ke 7, 40, 100, dan 1000 harinya. Disini kami mengajak anda untuk mengkaji permasalahan ini secara praktis dan ilmiah.

Setelah diteliti ternyata amalan selamatan kematian/kenduri kematian/tahlilan/yasinan (karena yang biasa dibaca adalah surat Yasin) di hari ke 7, 40, 100, dan 1000 hari, bukan berasal dari Al Quran, Hadits (sunah rasul) dan juga Ijma Sahabat, malah kita bisa melacaknya dikitab-kitab agama hindu.

Disebutkan bahwa kepercayaan yang ada pada sebagian ummat Islam, orang yang meninggal jika tidak diadakan selamatan (kenduri: 1 hari, 3 hari, 7 hari, 40 hari dst, /red ) maka rohnya akan gentayangan adalah jelas-jelas berasal dari ajaran agama Hindu. Dalam agama Hindu ada syahadat yang dikenal dengan Panca Sradha (Lima Keyakinan). Lima keyakinan itu meliputi percaya kepada Sang Hyang Widhi, Roh leluhur, Karma Pala, Samskara, dan Moksa. Dalam keyakinan Hindu roh leluhur (orang mati) harus dihormati karena bisa menjadi dewa terdekat dari manusia [Kitab Weda Smerti Hal. 99 No. 192]. Selain itu dikenal juga dalam Hindu adanya Samskara (menitis/reinkarnasi).

Dalam Kitab Manawa Dharma Sastra Weda Smerti hal. 99, 192, 193 yang berbunyi : "Termashurlah selamatan yang diadakan pada hari pertama, ketujuh, empat puluh, seratus dan seribu.

Dalam buku media Hindu yang berjudul : "Nilai-nilai Hindu dalam budaya Jawa, serpihan yang tertinggal" karya : Ida Bedande Adi Suripto, ia mengatakan : "Upacara selamatan untuk memperingati hari kematian orang Jawa hari ke 1, 7, 40, 100, dan 1000 hari, jelas adalah ajaran Hindu."

Telah jelas bagi kita pada awalnya ajaran ini berasal dari agama Hindu, selanjutnya umat islam mulai memasukkan ajaran-ajaran islam dicampur kedalam ritual ini. Disusunlah rangkaian wirid-wirid dan doa-doa serta pembacaan Surat Yasin kepada si mayit dan dipadukan dengan ritual-ritual selamatan pada hari ke 7, 40, 100, dan 1000 yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi dan para sahabatnya. Apakah mencampur-campur ajaran seperti ini diperbolehkan??

Iya, campur mencampur ajaran ini tanpa sadar sudah diajarkan dan menjadi keyakinan nenek moyang kita dulu yang ternyata sebagian dari kaum muslimin pun telah mewarisinya dan gigih mempertahankannya.

Lalu apakah kita lebih memegang perkataan nenek moyang kita daripada apa-apa yang di turunkan Allah kepada RasulNya?

Allah berfirman :

وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلا يَهْتَدُونَ

”Dan apabila dikatakan kepada mereka :”Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah”. Mereka menjawab :”(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. Apakah mereka akan mengikuti juga, walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?” (QS Al Baqoroh ayat 170)

Allah berfirman :

وَلا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

"Dan janganlah kamu mencampuradukkan Kebenaran dengan Kebatilan dan janganlah kamu sembunyikan kebenaran sedangkan kamu mengetahuinya" (QS Al Baqarah 42)

Allah subhanahu wa ta'ala menyuruh kita untuk tidak boleh mencampuradukkan ajaran agama islam (kebenaran) dengan ajaran agama Hindu (kebatilan) tetapi kita malah ikut perkataan manusia bahwa mencampuradukkan agama itu boleh, Apa manusia itu lebih pintar dari Allah???

Selanjutnya Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu".[QS. Albaqoroh : 208].


sumber : google

7 komentar:

  1. Menurut saya yang "orang bodoh" mendoakan orang yang sudah meninggal tidak ada yang salah, terlepas itu mempunyai kesamaan dengan kebiasaan ajaran agama yang lain.

    Lagi-lagi, menurut pendapat saya yang "orang bodoh", berbuat sesuatu yang tidak disebutkan dalam Al Qur'an dan Hadist tidak bermasalah sepanjang itu tidak bertentangan dengan ajaran kebaikan yang Al Qur'an ajarkan.

    Seperti, saya menghitung uang dengan kalkulator, padahal di Al Quran tidak diajarkan menghitung dengan kalkulator.
    Semisal saya mengetik ayat-ayat dengan komputer, padahal Al Quran tidak mengajarkan demikian.

    Terkadang, kita lebih senang mencari-cari keburukan daripada kebaikan. Padahal belum ada kajian ilmiah bahwa Tuhan mengatakan pendapat Anda yang benar.

    Demikian, mohon maaf jika ada salah kata, karena memang saya "orang bodoh"

    BalasHapus
    Balasan
    1. krn org bodoh jd g bs membuat perumpamaan

      Hapus
  2. orang hindu mandi pake gayung, orang arab gak pake gayung,, kl saya mandi pake gayung apa saya termasuk orang hindu..gitu aja kok repot.. orang hindu gak bisa tahlilan..

    BalasHapus
    Balasan
    1. apakah kamu akan mencampurkan aqidah islam dengan aqidah agama lain???ni jg trmsk org bodoh g bs membuat perumpamaan yg tepat

      Hapus
  3. Tahlilan t bagus yg dibaca kalimat toyibah,dzikir... Yg dimasalahkan di atas APAKAH HRZ ADA KETENTUAN 1,3,7 smp 1000 hari ini yg jd prlu diluruskan...... oleh ULAMA. dari dasar apa ko ada ketentuan hari ? ada yg bs jelaskan dr Alquran atau hadits?

    BalasHapus
  4. Sesama muslim, boleh saling mengingatkan tapi JANGAN saling menyalahkan. Bersikap benar boleh tapi jangan merasa paling benar. Merasa paling benar itu satu dari sifat Setan

    BalasHapus
  5. yang jd masalah bukan baca yasin atau tahlilnya,tapi peringatan 3,7,40,100,1000 harinya,..itu jelas tasyabbuh ibadah agama lain.islam sudah sempurna dan tidak membutuhkan tambahan2 dalam ibadah,lain dlm masalah dunia,jadi gak nyambung kalau masalah ibadah di hubungkan dgn kalkulator,mobil dsbnya

    BalasHapus